Jumat, 16 April 2010

LAPORAN PEMBENTUKAN POKNAK 15 DESA RING 1 BLOCK CEPU

LAPORAN PROGRAM

PEMBENTUKAN KELOMPOK PETERNAK 8 DESA DI KECAMATAN KALITIDU
(Desa Talok, Sumengko, Katur, Cengungklung, Manukan, Sudu, Ngaho, dan Beged)
Dan penggabungan dalam satu kelompok Paguyuban Rojokoyo Makmur (RKM)



A. LATAR BELAKANG
Satuan terkecil dalam sebuah wilayah pemerintahan adalah Desa. Dalam struktur pemerintah desa tersebut masyarakatlah dan kelompok masyarakat adalah yang paling menentukan dalam arah dan kebijakan pembangunan desa . termasuk kelompok peternak kelompok peternak adalah sebuah tatanan lingkungan sosial, dalam lingkungan ini interaksi terjadi yang pada akhirnya membentuk interaksi-interaksi sosial dalam struktur kemasyarakatan yang ada di desa. Sebagai sebuah lingkungan sosial, dapat terjadi kekuatan-kekuatan sosial, simpul-simpul sosial, strata sosial yang secara keseluruhan akan menentukan bentuk hubungan sosial di tengah masyarakat tersebut. Interaksi-interaksi sosial pada dasarnya ditentukan oleh motif-motif sosial, baik berupa kepentingan-kepentingan maupun digerakkan oleh nilai-nilai yang pada akhirnya akan menentukan pola (pandangan), sikap, dan prilaku masyarakat dalam melakukan aktifitas dan tindakan-tindakan sosial.
Dalam kerangka melakukan sosialisasi persiapan program SEED (Sektor Enhancement For Economic Development) di bidang penggemukan sapi (KBSR) KANDANG BELAJAR SAPI RAKYAT) Swisscountact Indonesia bekerjasama dengan LSM Langit Biru (lembaga lokal yang menjadi pendamping program (KBSR) KANDANG BELAJAR SAPI RAKYAT - SEED Bojonegoro) melakukan pendampingan pada kelompok peternak di kecamatan kalitidu dan ngasem. Yang di mulai dengan melakukan pembentukan sekaligus pemetaan potensi kelompok peternak di tiap-tiap desa. hal ini memiliki tujuan untuk tumbuh kembangnya keberlanjutan program oleh masyarakat sendiri, maka unsur perubahan dalam masyarakat merupakan acuan utama. Perubahan dari dalam diri masyarakat dapat diartikan dengan penggalian nilai-nilai positif ke arah pembentukan harga diri, pembentukan kepercayaan diri, pembangunan motif yang mengarah pada himpunan masyrakat untuk dapat bekerja sama, untuk dapat saling mempercayai, saling peduli, dalam menyelesaikan permasalahan atau tantangan bersama sebagai common enemy. Tantangan bersama ini merupakan awal dari pembangunan daya ikat (kohesivitas) dan daya padu (integrasi) yang pada akhirnya akan melahirkan kebersamaan dan kemandiriaan dalam proses pembangunan yang terjadi pada masyarakat dengan segala konsekuensinya.

B. TUJUAN PROGRAM
Pemetaan kelompok peternak 8 desa dikecamatan kalitidu adalah bagian yang tak terpisahkan dalam program (KBSR) KANDANG BELAJAR SAPI RAKYAT SEED Bojonegroo dengan tujuan :
1. Sebagai langkah awal pengenalan lokasi sasaran proyek dan pemahaman terhadap kondisi umum masyarakat 15 Desa
2. Untuk melihat dan memotret kondisi kelompok peternak di 15 desa
3. Sebagai dasar pendekatan dan metode pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program (KBSR) KANDANG BELAJAR SAPI RAKYAT.
4. Sebagai dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis terhadap permasalahan yang dihadapi.
5. Menggabungkan 8 kelompok peternak yang ada di kalitidu menjadi 15 kelompok peternak kalitidu – Ngasem, sekaligus mengintegrasikan seteruktur baru kelompok peternak 15 desa tersebut “PAGUYUBAN ROJOKOYO MAKMUR” (RKM)
C. MANFAAT PROGRAM
a. Tim Langit Biru
 Sebagai alat dan media komunikasi dan informasi, sumber informasi dan media yang digunakan sebagai bahan dalam pelaksanaan sosialisasi.
 Sebagai bahan masukan dalam melakukan pendampingan terhadap program (KBSR) KANDANG BELAJAR SAPI RAKYAT
 Bahan informasi tentang kebiasaan masyarakat, adat istiadat, (primordial, rasional, kepercayaan/agama, dan lain-lain)
 Acuan dalam penyusunan jadual dan rencana kerja dalam sosialisasi.
b. Tim Swisscountact Indonesia
 Sebagai bahan masukan akan penyediaan fasilitas (alat, dan media) yang digunakan sebagai bahan dalam pelaksanaan program (KBSR) KANDANG BELAJAR SAPI RAKYAT
 Sebagai bahan masukan akan penyusunan kerangka acuan serta teknik fasilitasinya.
c. Pemerintahan Desa
 Sebagai pembelajaran bagi masyarakat dalam proses perubahan wacana (pengetahuan), sikap dan perilaku.
 Sebagai kontrol masyarakat dalam proses pembangunan, terutama pada program Comunity Developmen atau program CSR di ring satu Blok Cepu.
d. Kelompok Peternak
 Sebagai bahan penyusunan program kelompok, rencana kerja serta sebagai sarana melakukan kegiatan kelompok.
 Sebagai bahan aktualisasi kelompok untuk soal-soal bidang organisasi dan tehnis peternakan.
 Menjadi media informasi untuk mendapatkan akses-akses yang sangat dibutuhkan oleh kelompok.
 Sebagai sarana memperjuangkan hak-hak masyarakat local yang menjadi pemilik sah, lingkungan dan masyarakat di ring satu blok cepu.
D. STRATEGI YANG DIGUNAKAN
Strategi ini dibuat dalam rangka pelaksanaan tahapan sosialisasi program (KBSR) KANDANG BELAJAR SAPI RAKYAT - SEED Bojonegro agar dapat terlaksana dengan baik, efektif, efisien dan tepat sasaran. Sehingga masyarakat dapat memahami sasaran program yang menyangkut visi, misi, tujuan dan setiap tahapan yang harus dilalui dalam Program (KBSR) KANDANG BELAJAR SAPI RAKYAT . Penyamaan persepsi masyarakat akan essensi dari proyek (KBSR) KANDANG BELAJAR SAPI RAKYAT sangat perlu dilakukan dalam tahap awal kegiatan, agar dalam pelaksanaan tahap-tahap berikutnya dapat terlaksana dengan baik dan mudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah sosialisasi program kepada semua masyarakat. Sosialisasi merupakan suatu bentuk penyebaran informasi kepada masyarakat, melalui beberapa proses atau bentuk kegiatan. Misalnya bentuk interaksi langsung, pertemuan resmi, maupun pertemuan yang tidak resmi, sengaja atau tidak sengaja dilakukan.
Dalam pelaksanaan sosialisasi tersebut, LSM Langit Biru harus mengetahui secara detail keadaan dan kondisi masyarakat 15 desa. Baik keadaan geografis, monografis, budaya/kebiasaan, sosial, bahasa dan adat istiadat masyarakat. Dengan mengetahui secara detail keadaan masyrakat, maka Kami dapat melakukan proses sosialisasi dengan efektif dan efisien.
Adapun strategi yang kami lakukan dibagi dalam berbagai strategi, yaitu strategi internal tim dan strategi di 15 desa
1. INTERNAL TIM
Strategi internal tim ini dibuat dalam rangka untuk lebih mengoptimalkan hasil dari pelaksanaan tugas sosialisasi program. Sehingga anggota dapat melaksanakan tugas sosialisasi dengan baik, baik sebagai. Sinkronisasi kegiatan sosialisasi dalam setiap tahapan program (KBSR) agar dapat terlaksana sesuai ketentuan dan tujuan yang telah ditetapkan oleh Pihak Swisscontact adalah juga merupakan bagian dari tujuan dibuatnya strategi pendampingan di internal Langit Biru.
Keberhasilan Langit Biru adalah keberhasilan Program (KBSR), demikian juga sebaliknya. Harapan tersebut muncul seiring adanya keinginan untuk melaksanakan setiap tahapan Program (KBSR). Sehingga nilai keberhasilan dari pelaksanaan tugas dapat diukur dari sejauhmana LSM Langit Biru dapat melaksanakan tugas secara bersama-sama.
Hal tersebut yang melatar belakangi LSM Langit Biru membuat beberapa konsep strategi dalam beberapa hal.
1. Supporting Tim
Program pendampingankelompok peternak 15 desa adalah merupakan kerja tim Swiscontact dan LSM Langit Biru, dimana LSM Langit Biru mendapat wilayah tugas 8 Desa di kecamatan Kalitidu (Desa Talok, Sumengko, Katur, Cengungklung, Manukan, Sudu, Ngaho, dan Beged). Guna lebih mengoptimalkan kinerja LSM Langit Biru maka dibentuk Tim perdesa yaitu :
No Desa Target Nama Pendamping Keterangan
1 Talok M muat
AGus Mukhlison
2 Sumengko Hamim T
A. Maqin
3 Katur Hamim T
A. Maqin
4 Cengungklong Puguh P
Peduk Fad
5 Manukan Puguh P
Peduk Fad
6 Sudu Puguh P
Peduk Fad
7 Beged M muat
AGus Mukhlison
8 Graho M muat
AGus Mukhlison

Pembagian tersebut diperlukan untuk lebih meningkatkan tanggung jawab dan fokus perhatian setiap desa, walaupun dalam pelaksanaan kegiatan tetap menjadi bagian dari kegiatan LSM Langit Biru. Anggota Tim dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan tidak hanya akan terpaku hanya pada wilayah dampingannya, tapi juga akan membantu wilayah dampingan desa lain dalam satu tim.
2. Koordinasi intern tim
Koordinasi merupakan bagian dari strategi internal, dikarenakan koordinasi merupakan salah satu upaya untuk selalu menciptakan kesamaan pandangan dalam pelaksanaan tugas sosialisasi, agar tidak terjadi kesalahan persepsi diantara Tim LSM Langit Biru maupun dengan Tim Swisscontact. Koordinasi yang lakukan dengan Tim Swisscontact selalu dilakukan tiap minggu dengan memberikan repot mingguan di kantor Swisscontact
Dalam kesempatan Koordinasi tersebut disampaiakan semua informasi dari Lapangan dan serta informasi resmi lain. Selain itu juga dibahas permasalahan-permasalahan yang terjadi dilapangan maupun di internal Tim.
Koordinasi itu sendiri berlandaskan pada azas kebersamaan untuk kesuksesan pelaksanaan tugas. .
3. Konsolidasi
Konsolidasi dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan soliditas tim. Konsolidasi dilakukan di kantor Swisscontact Bojonegoro. Dalam konsolidasi tersebut dibicarakan semua hambatan yang dialami anggota tim dan dipecahkan permasalahan tersebut, dengan mengacu pada kelacaran tugas..
4. Komunikasi
Di dalam Tim selalu diupayakan adanya komunikasi yang intensif dan terbuka, sehingga terjalin hubungan yang harmonis dinatara sesama anggota. Komunikasi itu sendiri dapat dilakukan dalam bentuk komunikasi tatap muka (face to face), melalui media telephone/HP, surat, maupun dalam bentuk pemberitahuan dalam papan pengumuman yang telah disedikan di kantor Swisscontact Bojonegoro
5. Konsultasi
Program pendampingan kelompok peternak di kalitidu merupakan serangkaian program SEED yang tidak berdiri sendiri, dimana dalam setiap proses kegiatan pendampingan selalu berhubungan dengan pihak lain, serta diatur dengan aturan yang telah ditentukan. Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dalam pelaksanaannya, karena perbedaan penafsiran dalam implementasi aturan dilapangan, maka LSM Langit Biru dalam setiap tahapan akan selalu berkonsultasi dengan Swisscontact dan dalam setiap pelaksanaan tahapan kegiatan LSM Langit Biru juga akan selalu berkonsultasi dengan kadesa 15 Desa. Hasil dari konsultasi tersebut akan langsung dibahas dan disampaikan kepada semua anggota Langit Biru dan Swisscontact.
6. Konfirmasi
Konfirmasi dalam LSM Langit Biru diartikan sebagai Crosschek ataupun check and balance. Sehingga setiap informasi yang didapat itu akan selalu terjamin keabsahan dan keakuratan maupun kebenarannya. Selain itu, secara tim, konfirmasi itu juga bertujuan untuk tetap menjaga soliditas tim agar tidak terganggu oleh isu-isu yang tidak bertanggung jawab yang dapat merusak kekompakan tim.
Semua anggota Tim dituntut untuk selalu membuka telinga lebar-lebar agar dapat selalu mendengar informasi tentang pelaksanaan program (KBSR). Setelah mendapatkan informasi tersebut, kemudian langsung dikonfirmasi dengan pihak yang berkaitan dengan informasi tersebut.
7. Soliditas
Kekompakan Tim merupakan prioritas utama dalam melaksanakan tugas selaku pendampingan, agar dapat terlaksana secara baik, lancar dan berhasil, serta tepat sasaran. Soliditas menjadi patokan utama dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi, baik permasalahan yang hanya berhubungan dengan internal lembaga sendiri maupun permasalahan yang berhubungan dengan pihak lain di luar.
Guna menjaga soliditas dan kekompakan, maka dalam mengambil setiap keputusan selalu harus melibatkan semua anggota tim secara utuh dan langsung.
2. KELOMPOK PETERNAK
Strategi pendampingan pelaksanaan program di 15 desa kecamatan kalitidu dan ngasem, mengacu pada program (KBSR) sub bagian dari program SEED yang di ajukan oleh Swisscontact pada MCL sebagai operator migas Blok Cepu.
Lima belas desa akan memiliki satu pusat peternakan terpadu yang berada di desa Brabuwan Kecamatan Ngasem. namun pada dasarnya fasilitas tersebut adalah milik masyarakat 15 desa ring satu blok cepu.

1. Komunikasi antar Kelompok Peternak
 Dalam strategi ini, LSM Langit Biru melakukan pendampingan untuk menciptakan suatu kesadaran akan konsep peternakan modern yang baik sesuai dengan ketentuan yang telah teruji. Upaya itu dilakukan untuk menciptakan kesadaran masyarakat untuk berternak yang modern. semua kelompok perternak dalam pelaksanaan setiap kegiatan harus dapat terintegrasi menjadi kelompok bersama dalam program (KBSR)
 Kesepakatan dengan Kepala Desa juga perlu diciptakan agar terjadi kemitraan/hubungan yang harmonis dalam rangka menciptakan masyrakat yang sejahtera dan mandiri. Sehingga program (KBSR) juga dapat dilakukan dengan baik. Pemahaman bersama tersebut selain dibutuhkan untuk menciptakan kemitraan, juga menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai pengawasan dalam pelaksanaan proyek (KBSR)
2. Koordinasi yang efektif
a. Kegiatan akan terlaksana dan berhasil dengan baik bila dilakukan dengan cara koordinasi yang efektif. Koordinasi dilakukan dalam upaya mencari kesamaan persepsi, sehingga terjadi dukungan yang intensif dari semua pihak. Dalam kegiatan pelaksanaan proyek (KBSR), LSM Langit Biru secara intensif melakukan koordinasi dengan Kepala Desa, perangkat Desa, kelompok peternak, serta Tokoh-Tokoh masyarakat yang ada.
b. Koordinasi dengan Tim Swisscontact juga dilakukan secara intensif, sesuai jadwal, koordinasi dengan Swisscontact dilakukan di kantor Swisscontact. Tapi secara informal, koordinasi dengan Swisscontact dilakukan secara kondisional. Koordinasi dengan Swisscontact dilalukan dalam upaya untuk meciptakan kesamaan persepsi tentang ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh pihak Swisscontact.
3. Intervensi pendampingan
Intervensi pendampingan yang dimaksud disini adalah mengadakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, semangat, dan pengetahuan masyarakat untuk melaksanakan semua tahapan program (KBSR) secara baik dan benar.
Intervensi dilakukan berdasarkan keadaan yang ada di Desa atas data dari analisa sosial yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah tahap ini adalah pembentukan kelompok peternak di 8 desa kecamatan kalitidu.
4. Media yang Digunakan
Media merupakan sarana untuk menunjang keberhasilan dalam melakukan kegiatan sosialisasi. Media harus dipilih sesuai dengan kebiasaan, karakter, budaya dan adat istiadat yang berlaku dimasyarakat. Pemilihan media yang kurang tepat dapat mengurangi tingkat efektifitas dan efisinsi dalam melakukan proses sosialisasi di masyarakat.
Media yang dipakai diperoleh melalui tatap muka dan tanya jawab untuk analisa sosial. Dimana media tiap desa yang efektif dipakai tidak sama, tapi tidak berbeda jauh dengan media yang telah menjadi acuan pelaksanaan sosialisasi :
Media alat yang digunakan Jenis Kegiatan yang dilakukan Sarana Forum/Lembaga yang digunakan

 Papan Tulis  Silaturahmi
 Diskusi/Dialog
 FGD  Pertemuan resmi/rutin Poknak
 Mengundang masyarakat secara resmi
 Pertemuan organisasi Poknak

E. P E N U T U P
A. KESIMPULAN
a. Demografi, Geografi, Psikografi dan Pola Komunikasi
 Mata pencaharian penduduk 8 desa di kecamatan kalitidu (Desa Talok, Sumengko, Katur, Cengungklung, Manukan, Sudu, Ngaho, dan Beged). adalah sebagian besar petani, buruh tani, sebagian kecil dan pegawai
 Tingkat pendidikan rata-rata tingkat SD dan SLTP, sebagian kecil SMA dan sarjana
 Menyebarnya kelompok peternak dalam masyarakat, yang merata pada masing-masing desa.
 Kondisi sarana yang menyangkut penyediaan fasilitas umum, sudah ada di hampir semua desa, misal : jaringan PLN, dan jaringan telpon seluler.
 Rata-rata bahasa yang dipakai dalam pertemuan warga adalah bahasa campuran Indonesia/Jawa, tetapi sebagaian besar telah mampu dan paham bahasa Indonesia.

b. Opini Masyarakat tentang Proyek dan Hubungan dengan ExxonMobil/MCL.
 Proyek-proyek yang pernah ada adalah proyek fisik semisal bantuan gedung sekolah/madrasah, jalan dan jembatan ada beberapa pelatihan life skill
 Sebagian besar masyarakat pernah mendengar Exxon Mobil, MCL melalui Sosialisasi yang pernah dilaksanakan oleh pemerintah.
 Apakah juga pernah mendengar nama Swisscontact dan Langit Biru, rata-rata menjawab belum pernah dan mereka beranggapan bahwa program (KBSR) KANDANG BELAJAR SAPI RAKYAT adalah sama dengan program peternakan yang pernah ada.



B. SARAN
a. Pelaksana Proyek (KBSR) KANDANG BELAJAR SAPI RAKYAT
 Dukungan bagi kelompok peternak melalui Sarana dan Prasarana, serta Fasilitas lain yang dapat membantu Proses Implementasi (KBSR) di masyarakat.
 Mensosialisasikan (KBSR) yang lebih intensif
 Segera melaksanakan program (KBSR) baik yang fisik atau non fisik misalnya pelatihan tentang Teknik berternak, dll
 Intervensi terhadap kelompok peternak terkait Fasilitasi setiap kegiatan baik kelompok peternak desa maupun Paguyuban Rojokoyo Makmur
 Membangun Kesepahaman dengan Seluruh Stakeholder agar mendukung proses (KBSR) segera terwujud.
 Menyarankan agar Swisscontact sesegera mungkin mewujudkan keberadaan (KBSR).

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Identifikasi Target Program,akan mudah tercapai,jika SDM serta SDA ketersediaanya terus menerus,berkelanjutan,seiring dengan support pasar dan penciptaan konsumen,serta jembatan penghubung diantaranya bisa tercipta.
Pengembangan Sektor Agribisnis,satu diantara project yang bisa dikembangkan,mengingat kultur agraris sangat melekat dengan masyarakat kita.
Kambing,Domba,memiliki kesempatan untuk dikembangkan,karena banyak celah pasar untuk dimasuki.
Pemilahan target produksi,menjadi penting disini,bisa dari Ternak Kegemaran,Sertifikasi,Daging,Susu,Wool,dan masih banyak lagi yang bisa dibidik.
Spesifikasi dan target orientasi harus seiring dengan SDM dan SDA yang tersedia,guna kelangsungan produksinya.
Mana yang akan dipilih?
Selamat berkarya.