Selasa, 01 Juni 2010

BACAAN BAGI PENDAMPING MASYARAKAT

Tulisan ini di ambil dari berbagai modul pelatihan Managemen Lembaga Pendamping Masyarakat, Tulisan ini terdiri dari tiga Tulisan, ini adalah bagian satu dari tiga bagian.

PENDAMPINGAN KELOMPOK MASYARAKAT

Pengertian Pendampingan

Di kalangan dunia pengembangan masyarakat istilah "pendampingan" merupakan istilah baru yang muncul sekitar awal 90-an, sebelum itu istilah yang banyak dipakai adalah "pembinaan".

Ketika istilah pembinaan ini di pakai terkesan ada tingkatan yaitu ada pembina dan ada yang dibina, pembinaan adalh orang / lembaga yang melakukan pembinaan sedangkan yang dibina adalah pbyek.


Kesan lain yang muncul adalah pembina adalah pihak yang aktif sedang yang dibinaa pasif atau pembina adalah sebagai subyek dan yang dibina adalah obyek.

Oleh karena itu ketika istilah pendampingan dimunculkan, langsung mendapat sambutan positif dikalangan praktisi pengembangan masyarakat. Karena kata pendampingan menunjukkan kesejajaran (tidak ada yang satu lebih dari yang lain), yang aktif justru yang didampingi sekaligus sebagai subyek utamanya, sedang pendampingan lebih bersifat membantu saja.


Dengan demikian pendampingan dapat diartikan sebagai suatu interaksi yang terus-menerus antaraa pendamping dengan anggota kelompik/masyarakat hingga terjadi proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh anggota kelompok/masyarakat yang sadar diri dan terdidik (=> tidak berarti punya pendidikan formal).


Mengapa Kelompok Masyarakat didampingi ?


Selama ini merupakan hal yang biasa atau sah-sah saja bila suatu instansi pemerintah, swasta atau lembaga-lembaga swadaya masyarakt datang/masuk di desa yang dikatakan miskin atau terpencil dan mengatakan bahwa mereka mau membantu atau mendampingi masyarakat untuk membangun desanya.


Apakah kita pernah bertanya kepada diri kita sendiri, benarkah mereka membutuhkan ? dan apakah mereka pernah minta didampingi ? dan apakah kalau tidak didampingi mereka tidak akan hidup atau berkembang ?.


Tetapi bukankah selama ini masyarakat tidak pernah menolak didampingi ? Mengapa mereka tidak pernah menolak ? Dan sejumlah pertanyaan reflektif lain masih dapat dimunculkan.

Untuk menjawab sejumlah pertanyaan di atas bukanlah suatu hal yang sulit bila itu menurut pemikiran dan atas dasar rasionalitas kita, tetapi dapatkah kita menjawab menurut cara berpikir dan hati nurani mereka ?


Bila mau jujur dan obyektif, sebagian besar dari kita bahkan tidak pernah mempertanyakan hal-hal seperti tersebut di atas.


Walaupun telah menggunakan istilah pendampingan, tetapi bila datang ke desa, pada umumnya kita telah membawa program atau proyek yang keputusan ada dan tidak adanyaprogram/proyek itu tidak dilakukan oleh masyarakat, tetapi oleh KITA-KITA para pendamping.


Sekali lagi masyarakat tidak pernah menolak adanya program/proyek itu, walaupun hal itu tidak seperti yang mereka harapkan atau butuhkan.


Dari gambaran tersebut diatas sebenarnya "keluguan, kejujuran keterbukaan, sikap menghargai, semangat kerjasama dsb" dari masyarakat terhadap orang luar, bukanlah menunjukkan ketidak tahuan mereka tetapi lebih pada keingintahuan mereka terhadap orang luar, bukanlah menunjukkan ketidak-tahuan mereka tetapi lebih pada keingintahuan mereka terhadap orang luar. Maka bila dalam proses pendampingan terjadi dominasi dari pendampingan itu sendiri. Ia tidak tahu banyak hal yang sebenarnya diketahui oleh kelompok / bangku pendidikan atau buku, sebab pengetahuan mereka berangkat dari pengalaman.

Kini kembali pada pertanyaan awal, (jadi) mengapa kelompok masyarakat didampingi? Dari uraian tersebut di atas kiranya dapat lebih membuka cakrawala kita semua bahwasanya pendampingan kelompok masyarakat hendaknya dilihat sebagai penyatuan sumber daya yang ada di dalam dan yang datang dari luar kelompok masyarakat.


Masyarakat memiliki pengetahuan yang berakarkan pada pengalaman dan dalam proses mikro sedangkan pendampingan memiliki pengetahuan yang bersifat intelektual formal dan dalam proses makro.


Dengan demikian bila keduanya berinteraksi secara aktif akan membawa suatu perubahan yang dinamis.


Bila kembali pada inti pengertian pendampingan yaitu terjadinya proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh masyarakat sendiri …….. dan seterusnya.

Kata diprakarsai oleh masyarakat sendiri, jelas menunjukkan adanya proses inisiatif dan bentuk tindakan yang .dilakukan oleh masyarakat sendiri, tanpa adanya intervensi dari luar.

Dengan demikian tujuan utama dari pendampingan adalaah adanya KEMANDIRIAN kelompok masyarakat.


Kemandirian disini menyiratkan suatu kemampuan otonom untuk mengambil keputusan bertindak berdasarkan keputusannya itu dan memilih arah tindakan sendiri tanpa terhalang oleh orang/pihak lain.


Untuk mencapai kemandirian yang demikian dibutuhkan suatu kombinasi dan manajemen.

Dengan demikian sebenarnya 3 elemen pokok dalam kemandirian, yaitu :


  • Kemandirian Material.


    Yaitu kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhab dasar dan mekanisme untuk tetap dapat bertahan pada waktu krisis.


    Hal ini bisa diperoleh melalui proses :

    • Mobilisasi sumberdaya pribadi/keluarga dengan mekanisme menabung dan penghapusan sumberdaya non produktif.
    • Penegasan tuntutan atas hak-hak ekonomis, seperti : surplis yang hilang karena penukaran yang tidak imbang.





    • Kemandirian Intelektual.


    Yaitu pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh masyarakat yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk domonasi yang muncul.

    Dengan dasar tersebut masyarakat akan dapat menganalisis hubungan sebab-akibat dari suatu masalah yang muncul.


    • Kemandirian Pembinaan (= Pendampingan)


    Yaitu kemampuan otonom masyarakat untuk membina diri mereka sendiri dalam bentuk pengelolaan tindakan kolektif yang membawa pada perubahan kehidupaan mereka. (Sebagai catatan : dalam proses pendampingan ada intervensi pendamping dari luar, maka pada tahapan kemandirian pendamping kelompok masyarakat berasal dari dalam).


Fokus Pendampingan


Bila tujuan pendampingan kelompok masyarkat adalah terwujudnya kemandirian dibidang material, intelektual, organisasi dan manajemen, oleh karena itu fokus pendampingan harus mengarahkan pada pencapaian tujuan tersebut, yakni melalui :


  • Penyadaran berfikir kritis dan analitis

Yaitu mengajak anggota kelompok terbiasa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan meneliti hubungan sebab-akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut.


  • Penggunaan atas hak dan kewajiban individu dan kolektif


    Yaitu mengajak anggota kelompok terbiasa bertindak atas dasar hak dan kewajiban yang bertindak atas dasar hak dan kewajiban yang dimiliki (=tidak mengatas namakan secara tidak tepat)


  • Tertib administrasi dan keterbukaan organisasi


Yaitu mengajak anggota kelompok terbiasa bahwa tertib andministrasi dan keterbukaan didalam organisasi bukan didasari kecurigaan tetapi justru merupakan cermin pertanggungjawaban diantara mereka.


  • Pengembangan sumber daya produktif


    Yaitu mengajak anggota kelompok sadar agar dalam mengembangkan usaha bukan sekali "beruntung", tetapi usaha yang untung secara berkelanjutan. Hal ini berarti dalam berusaha bukan hanya mengambil/memanfaatkan tetapi juga harus mampu melestarikan dan mengembangkan sumber daya produktif yang ada.


  • Kaderisasi


    Yaitu mengajak anggota kelompok sadar bahwa dalam suatu proses pendampingan dimana adanya intervensi dari luar yakni pendampingan pada saatnya akan berfikir dan harus digantikan oleh pendamping yang datang dari dalam kelompok itu sendiri.